Selasa, 06 November 2012

Lengkap :)

Cukup sepi pagi ini,,memandangi layar laptop sambil memeluk guling kesayangan,, mencoba melupakan rasa  mual dan kaku di perut. Memutuskan untuk beristirahat di rumah bukan tanpa alasan, mengingat akhir2 ini hanya tidur yang bisa saya lakukan di tempat kerja sembari berjuang melawan rasa mual yang begitu terasa. Tentu ibu tidak akan menyalahkanmu sayang..Ayah dan ibu telah menantimu sejak 6 bulan lalu, bertanya-tanya kapan rahim ibu akan dihuni olehmu. Dan rasa-rasa seperti ini tentu tak akan berarti untuk Ibu, karena memang seperti ini yang selalu kami inginkan. 
Bagi pasangan yang sudah menikah kehadiran buah hati pasti merupakan satu hal yang sangat dinantikan, betapa tidak, kebahagiaan dalam rumah tangga rasanya tak akan sepurna jika tidak dilengkapi tawa dan tangis makhluk kecil nan menggemaskan. Sejak belum menikah, saya dan suami sudah memutuskan untuk tidak menunda memiliki anak. Dan tiap bulannya kami menunggu dengan cemas, apa kira-kira kami sudah cukup dipercaya untuk mendapatkan. Tapi rupanya Allah sedang menguji kesabaran kami, sembari menunggu kami layak menjadi orang tua untuk anak kami kelak. Kadang, saya jenuh dengan pertanyaan orang-orang yang hampir tiap hari bertanya, "sudah isi belum?" bukan sekali dua kali, pertanyaan sejenis itu lama-lama berubah dari rasa maklum menjadi gerah. Yaa... tentu itu hal yang wajar ditanyakan pada pasangan yang sudah menikah, tapi haruskah tiap hari ada yang bertanya? hmmmm...kerinduan akan hadirnya anak, dan belum ada tanda kehadirannya juga hingga waktu itu membuat batinku sebagai wanita agak terasa pedih. Tiap harinya terlantun doa untuk dipercayakan anugrah indah itu untuk kami.

Kejenuhan akan keadaan sempat muncul dalam diri saya, sampai memunculkan anggapan mungkin tidak dalam waktu dekat ini. Meyakinkan bahwa saya harus selalu kuat dan tenang, dan menjalani hari-hari dengan penuh semangat serta keceriaan. Tidak berharap terlalu tinggi agar tak muncul lagi kekecewaan jika memang belum saatnya diberikan buah hati.

Aktivitas yang lumayan padat membuat hari-hari saya berlalu begitu cepat, pola kerja dan kelelahan membuat fisik saya mudah drop. Sering harus ijin kerja karena tiba-tiba merasa tidak enak badan, belakangan malah sampai tidak ada nafsu makan. Hilangnya nafsu makan mungkin hal yang lumrah saya alami, mual dan lemas sangat wajar mengingat saya menderita maag dan anemia kronis, orang-orang di sekitar saya yang mengetahui gejala itu menganggap saya hamil. Tapi tidak dengan saya, saya menganggap ini hal biasa, perkara mual, pusing, dan lemas sudah kerap saya alami, meskipun begitu dalam hati saya amini doa mereka, berharap saya memang sedang hamil. Kondisi saya terbaca juga oleh suami, dia sepertinya mulai mengkhawatirkan kondisi saya, sepertinya dia juga menduga saya hamil. beberapa kali dia menyuruh saya untuk priksa, tapi saya selalu menolak, sepertinya akan sangat mengecewakan kalau hasilnya nanti negatif. Hingga saat tanggal menstruasi yang harusnya tepat, tetapi saya belum dapet juga, harapan saya mulai melambung, tapi imbang juga dengan kekhawatiran jika tidak sesuai harapan. Sehari dua hari, tamu bulanan itu belum juga datang, hingga 6 hari setelah itu suami memutuskan membeli testpack (soal testpack saya punya kekhawatiran sendiri karena memang dulu saya pernah merasa yakin hamil, tetapi hasilnya negatif, itu terjadi sampai 2 kali), jadi agak wajar kalau saya jadi agak sensitif dengan alat satu itu. Tapi tidak ada salahnya mencoba kan?
Bangun tidur pagi itu saya mantapkan menggunakan testpack, saat saya tunggu akhirnya garis merah iitu muncul, bukan satu tapi 2 garis merah. Rasa bahagia membuncah di dada saya. Tak hentinya saya tersenyum, sampai tak sadar saya masih berada di kamar mandi :)). Pelan saya kembali ke kamar, saya bangunkan suami perlahan. Masih agak ngantuk saat suami bertanya "Gimana Nii"?? saya diam saja sambil saya tunjukkan testpack yang hari itu terlihat seperti benda yang sangat menyenangkan. hehhehe. Suami saya tak berkata apa-apa, hanya refleks memeluk saya, terus bersyukur sambil menangis, itu benar-benar moment indah yang mengharukan dalam perjalanan kami sebagai suami istri.



Kehamilan saya membuat banyak orang jai ikut berbahagia, mendadak banyak perhatian saya dapatkan dari orang-orang sekitar, bahagia sekali..hehehehe. Terlebih suami yang jadi lebih protektif dari sebelumnya, memastikan semua baik-baik saja. Meskipun juga saya jd tak doyan makan sama sekali, cuma bisa makan buah dan minum susu, morning sickness sudah pasti saya alami, mengganggu tentu saja, tapi itu tidak sebanding dengan perasaan bahagia yang saya rasa, saya akan jadi ibu.

Hingga minggu siang pekan lalu, saya dikejutkan dengan bercak darah ditempat tidur, kaget bukan kepalang disusul rasa khawatir dan sedih. Saya panik luar biasa, pun dengan suami saya. saya hubungi ibu saya, hanya dari ibu saya bisa lebih tenang biasanya. Hmmm,, jadilah hari ini saya harus berada di tempat tidur, semua kegiatan saya praktis tak bisa saya lakukan, semua urusan rumah tangga suami saya yang ambil alih. Dalam kondisi seperti ini, saya sangat bersyukur memiliki suami seperti dia, yang mau menggantikan semua tanggung jawab istri tanpa mengeluh, saya kadang trenyuh, disela kelelahannya sepulang bekerja masih harus mengurungi makan saya, memandikan saya, mencuci baju, perabotan kotor, membersihkan rumah. Love him so much... Dan tak hentinya bersyukur memiliki suami seperti dia.

Jika ada hal yang sangat saya inginkan saat ini, adalah kesehatan untuk bayi dalam rahim ini, sehatnya suami, dan orang-orang yang saya kasihi. Berjanji akan lebih berhati-hati menjaga amanat ini.
Semoga menjadi anak yang sehat, kuat, cerdas, soleh solehah, dan sejuta keinginan yang terbaik bagi buah hati kami..

with love .......................................

Waktu Hujan Turun rintik perlahan
Bintangpun menepi, awan menebal
Kutimang si buyung, belaian sayang
Buah hati s’orang tidurlah tidur
Ibu berdoa, Ayah menjaga
Agar kau kelak, jujur melangkah
Jangan engkau lupa tanah pusaka
Tanah tumpah darah, Indonesia

Jumat, 28 September 2012

Seberapa Siap Kamu Menikah??

Bangun tidur cium pipi, ngucapin selamat pagi terus sibuk ngurus burung-burung kesanyangan. Kadang lupa kalau sudah siang, belum mandi, belum sarapan. Arrrrrg, itu yang suka bikin saya ngomel-ngomel pas pagi hari.

Hmm,, sering merasa belum terbiasa dengan semua keadaan ini. Tiba-tiba saja ada orang lain yang harus saya pikirkan sama dengan saya memikirkan diri sendiri. Memprioritaskannya seperti saya memprioritaskan saya sendiri, membahagiakan dia seperti saya membahagiakan saya sendiri, membuatnya nyaman senyaman saya mengusahakan pada diri sendiri. Ini tentu bukan perasaan yang bisa saya rasa pada setiap orang.

Hidup menuntut saya lebih dewasa, karena tak pernah mudah membiasakan memberi daripada diberi, memanjakan daripada dimanjakan, memperhatikan daripada diperhatikan. Saya dan suami harus terus mencoba bermetamorfosa untuk mewujudkan satu impian besar, membangun rumah tangga yang bahagia dan selamat dunia akhirat. 

Utamanya dia sebagai laki-laki. Dia banyak berubah dari hari pertama saya mengenlnya. Dia yang didewasakan oleh keadaan pada masa lalu, kini semakin bertambah dewasa karena kesadaran perannya sebagai kepala rumah tangga. Meskipun, laki-laki itu anak-anak seumur hidup. Senang dimanjakan, senang dilayani, suka dipeluk, hehehe. 

Sedikit referensi mungkin bagi yang belum menikah, tulisan ini mungkin bisa menjadi sedikit gambaran tentang bagaimana kehidupan dalam rumah tangga itu. Saya pernah membaca buku dari Asma Nadia berjudul Musahabah Cinta Seorang Istri. Kurang Lebih seperti ini isinya:

Seberapa Siap Kamu Menikah?

Untuk kamu yang belum menikah, please jangan tergesa menjawab pertanyaan ini. Percayalah (sambil melirik sesama istri), we used to think it can't be that hard.
Biasalah, angan-angan indah bertebaran di kepala muslimah yang belum menikah, dan saya yakin saya nggak sendiri.
Dan angan itu biasanya yang indah-indah...
Duh enaknya jika sudah menikah.
Why So?

  • ada yang merhatiin
  • ada yang antar jemput
  • ada yang kasih uang belanja dan dapat jatah jajan bulanan
  • ada yang selalu siap dengerin curhat
  • ada si dia tempat mengekspresikan perasaan sayang dan cinta kita
  • ada yang menganggap kita spesial
  • ada yang manjain kita
  • ada partner untuk mendidik dan membesarkan anak dan membuat keluarga islami
  • ada yang membantu mengarahkan potensi kita
  • ada teman setia untuk jalan-jalan
  • ada teman nyuci, nyetrika, masak, ngepel
  • dll
The thing is... mungkin di awal-awal pernikahan beberapa angan kita tentang pernikahan terbukti. 
Jalan-jalan bareng terutama semasa honeymoon. Si dia selalu berada di sisi kita, ketika cinta masih berwarna merah muda. Selalu mengantar jemput, mendengarkan seabrek curhatan kita.
Tetapi kehidupan akan bertambah keras, dan umumnya pasangan harus berjuang, dan istri tak bisa lagi bergaya sebagai si imut yang manja, yang menuntut untuk selalu menjadi prioritas utama suami, atau lebih kerennya Cinderella yang menjadi pusat perhatian Sang Pangeran.
Bukan hanya suami, istri juga mengalami ini sih. Nggak usah jauh-jauh. The minute kita punya anak pasti first priority bergeser, bukan si ayah lagi. Kini anak jadi tumpuan perhatian dan kasih sayang.

Bukan berarti lantas pasangan menjadi tidak penting lagi. Tetapi ketika terjadi perubahan dalam hidup, telepas apakah terkait pekerjaan, situasi ekonomi, tempat tinggal, posisi dan jabatan, bertambahnya anggota keluarga, wajar jika prioritas ditinjau kembali atau ikut mengalami perubahan.
Realitasnya kira-kira begini, saat hanya berdua dengan suami, maka energi dan perhatian istri hanya terbagi dua, begitu juga situasinya dengan suami. Saat hadir anak pertama, maka energi dan perhatian akan terbagi tiga, dan begitu seterusnya.
Jika memahami ini, lontaran hati yang mungkin pernah tercetus di hadapan pasangan ketika ngambek:
"aku ngerti kok, sekarang aku memang bukan prioritas lagidalam hidup kamu!".
Tidak akan semudah itu keluar. Kecuali jika suami memang nyata-nyata menunjukkan sikap tidak bertanggung jawab, tidak memberikan nafkah lahir batin padahal dia mampu, atau sibuk dengan kegiatan tidak penting di luar kantor, hingga tidak punya waktu lagi untuk istri dan anak-anak. Atau menganiaya pasangan.
Keberadaan suami sebagai partner untuk membesarkan anak-anak menjadi generasi rabbani juga tenyata bukan merupakan kepastian. Cukup banyak kaum ibu yang mengeluh kepada saya , karena memiliki suami yang cuek dan tidak peduli, boro-boro memiliki konsep mengarahkan anak-anak. Sebagian ayah merasa sudah menunaikan tanggung jawab jika sudah memberikan uang belanja dan uang sekolah anak-anak.
Disinilah kreativitas seorang ibu dan kekuatan hati dibutuhkan. Siapkah jika tenyata ruang ini hanya kita isi sendiri tanpa uluran tangan suami.
Pun harapan lain seperti soal belanja rutin, uang jajan, serta semua kenyamanan hidup. Kehidupan dengan begitu banyak teka-tekinya menuntut perisiapan kita, seorang istri untuk bisa mandiri secara ekonomi, jika sesuatu yang tidak kita harapkan terjadi.
Sesuatu yang saya maksud, tidak semata-mata hal-hal menyangkut perilaku suami, seperti melakukan perselingkuhan, atau menikah lagi dan menjadi kurang perhatian, atau mungkin terjadi perceraian.
Tetepi juga untuk kemungkinan-kemungkinan lain. Misal, jika suami kehilangan pekerjaan, atau dimutasi sehingga pemasukan keluarga berkurang lima puluh persen misalnya. Atau jika suami sakit bahkan meninggal dunia.
Dan ah... betapa rapuhnya kehidupan. Kematian bisa terjadi kapansaja, menghampiri siapa saja, dalam keadaan apa saja. Bahkan ditempat tidur, hanya berselang dua menit setelah saling mengucapkan selamat malam.
Bukan hal ringan...telebih jika terjadi apa-apa dan anak-anak banyak, dengan usia yang masih kecil-kecil pula. 
Mampukah kita mengambil alih tanggung jawab yang selama ini berada di pundak suami, dan tetap mampu menyejahterakan anak-anak, menjamin pendidikan, sandang, pangan, dan papan mereka, ketika hal-hal yang tidak diinginkan tejadi?
Jika jawabannya tidak, maka tebayang..bertambah lagi anak-anak yatim yang terlantar.
Tapi...jangan stress dulu.
Tidak berarti seorang perempuan harus mapan dan kaya raya dulu sebagai syarat kesiapan menikah. Rezeki Allah maha luas. Yang terpenting ada upaya serius bagi setiap istri dan calon istri untuk membangun potensi dan mengasah diri, hingga paling tidak jika tak memiliki usaha, dia memiliki skill yang akan membuatnya dengan mudah bisa berusaha atau bekerja.
Nasib anak-anak, Allah hampirkan di pundak seorang ibu, ketika seorang ayah tak lagi bisa mensuport dengan berbagai alasan.
Menikah bukan hanya persoalan mau, sudah ada calon atau belum. Tetapi sebuah kehidupan dengan tanggung jawab besar menanti kita. Dan itu membutuhkan kesiapan jasad, ruh dan akal.
                                           ................................................................................

Selasa, 25 September 2012

Suami Saya Supeer :)




Betapa menakjubkan rencana Allah untuk hidup kita, Dia pertemukan kita dengan belahan jiwa kita, kekasih kita. Seseorang yang tak memiliki ikatan darah dengan kita. Kemudian harus berjuang untuk hidup kita, mereka..suami-suami kita.

Saya merasa lengkap saat ini, dan saya merasa sempurna. Mungkin benar jika suami kita merupakan belahan jiwa kita. Karena keberadaannya kini membuat saya merasa lengkap, menjadi diri saya yang utuh. Ini bukan sesuatu yang saya lebih-lebihkan. Tetapi memang saya benar merasakan ini semua, perasaan terlengkapi karena kehadiran sosok lelaki yang menjadi suami saya.

Sebagai individu kami sangat berbeda, jika diurutkan hampir semua dalam diri saya dan suami sangat berbeda. Hobi, sifat, temperamen, latar belakang keluarga, pendidikan, selera musik, selera makan, mungkin jika dipersentase kadar persamaan kami hanya sekitar 30%. Persamaan itu adalah karena kami sama-sama ingin membentuk rumah tangga yang harmonis dan saling menyayangi.

Saya seorang yang perfeksionis, simpel, suma keras kepala, egois, prinsipil, cerewet, galak, sensitif dan  ekstrovert. Sementara suami saya orang yang santai, luar biasa sabar, tertutup introvert. Perbedaan yang mencolok seperti itu kadang memicu perdebatan-perdebatan atau bahkan pertengakaran dalam kehidupan rumah tangga kami. Tapi perbedaan-perbedaan itu pula yang sepertinya saling melengkapi dari kekurangan kami.

Sampai hari ini saya mengenal suami sebagai lelaki yang memiliki kadar sabar hampir 90%. Dia sangat sabar mengahadapi kecerewetan, kebawelan, kekeras kepalaan dan keegoisan saya. Saya cukup sadar dengan sifat keras kepala saya. Semua orang yang mengenal saya sangat paham betul dengan sifat saya. Saya sangat menjaga prinsip saya. Hal yang saya anggap benar akan saya pertahankan tidak peduli orang tidak menyukai atau bahkan bersikap sinis tentang hal yang saya yakini. Suami saya mengimbangi semua itu dengan kesabarannya. Mungkin saya bisa memilihnya karena saya memang perlu sosok sabar yang dewasa dalam memandang masalah. Sebenarnya saya sering merasa kasihan dengan suami saya. Terlebih saat saat sedang datang bulan, saya sering uring-uringan tanpa alasan jelas. Jika melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan saya, emosi saya seketika naik. Suami kemudian jadi semacam tempat pelampiasan emosi saya itu. Untungnya suami saya sabar dan cukup memahami, kalau saya sudah mulai uring-uringan biasanya dia akan menenangkan saya seperti seorang bapak yang mengahadapi anak perempuannya yang sedang rewel hehehehe. Bahkan jika saya sedang rewel dan tak bisa tertangani, suami biasanya mengambil segelas air putih dan membacakan doa, lalu menyuruh saya minum. Percaya atau tidak biasanya sehabis meminum itu saya akan tenang dan tidak rewel lagi (ini malah seperti sedang kesurupan ya sayaa :D). 

Kesabaran suami kadang masih teuji dengan ketidak cekatan saya sebagai wanita. Saya bukan tipe wanita rajin jaman dulu yang dengan gagahnya menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga dengan sempurna. Tapi karena sisa-sisa sifat malas saya yang terpupuk subur sewaktu ngekos saat kuliah dulu, saya sama sekali belum terbiasa bangun pagi. paling pagi saya bangun jam 5 pagi, yang menurut mbah putri saya itu sudah sangat siang (ini semua karena di kos saya terbiasa bangun jam 8 siang hehehe). Bangun siang membuat saya  hanya mungkin membuat sarapan yang simpel untuk suami saya. Coba tanyakan suami saya tentang sarapan paginya, pasti akan meluncur jenis-jenis makanan praktis seperti mie goreng telur, telur orak-arik atau cuma nugget goreng. Kalau sedang benar-benar malas saya memilih membeli sarapan dari pada repot-repot memasak. Padahal sebenarnya masakan saya cukup enak (pengakuan dan kesaksian suami, adik atau teman dan orang-orang yang beruntung menyicipi masakan saya hehehe) itu beneran loh bukan karangan saya aja. Jadilah dengan keenakan makanan yang saya buat itu sebenarnya suami sangat menyukai masakan saya. Hanya karena pagi saya bangun siang, seharian berada di tempat kerja dan sampai rumah lagi saat magrib sangat tidak memungkinkan saya untuk memasak. Suami cukup menerima dengan makanan warung tiap harinya. hanya jika hari minggu dan saya dirumah saya mencoba sebisa mungkin memasak untuk suami saya. 

Tidak hanya soal memasak, saya juga bukan wanita yang rajin dalam urusan pekerjaan rumah yang lain. Bisa dipastikan saya hanya mencuci sekali dalam seminggu, itupun terkadang hanya pakaian-pakain dalam saya dan suami, karena saya lebih sering membawa kantong cucian besar saya yang isinya tumpukan baju kotor ke loundry. Tukang loundry sja sampai hapal kalau cucian saya sangat banyak tiap minggunya (kalau diprotes ibu atau kaka perempuan saya tentang sayaa meloundry pakaian, saya berdalih ini memberikan pekerjaan untuk tukang laundry yang sama dengan menjadi jalan rizki untuk sesama kan?? hahaha..bisa-bisanya saya aja). Terlebih soal setrika baju..uuuhhh itu pekerjaan yang sangat saya hindari. Saya nggak pernah suka menyetrika. Dari jaman gadis dulu saya lebih memilih mengerjakan hal lain daripada setrika  baju.

Hmmmm,, jadi dengan semua fakta tragis itu saya bisa dikatakan cukup beruntung dengan memiliki suami yang pengertian dan penyabar seperti suami saya <3. Dia tak mengomel jika saya mengahabiskan banyak uang untuk melaundry pakaian-pakaian kotor kami, atau untuk kaos kesayangannya yang kadang masih ditumpukan cucian kering dan belum disetrika. Atau untuk masakan warung untuk makan malamnya. Meskipun kadang dia bilang "Nii masak dong ayah kan pengen makan masakan istri ayah". Pernyataan seperti itu yang keluar dai bibir suami tercinta kadang mengiris-iris perasaan saya sebagai seorang istri. "Maafin Nii sayang belum bisa jadi istri yang baik untuk ayah, Nii janji akan belajar terus jadi istri yang baik. dan ga males-malesan lagi" janjiku dalam hati. Makanya saat hari minggu saya coba cuci pakaian sendiri, bayangkan betapa super banyaknya cucian dua orang selama satu minggu. kalau sudah begitu sayaa pasti tepar setelah selesai menjemur hehehhe. 

Minggu itu cuaca cerah, saya semangat sekali mencuci, saya rendam tumpukan baju kotor itu pada sebuah ember besar. Saya rendam pakaian itu dengan harapan kotoran-kotoran yang melekat bisa terangkat. Sementara saya merendam pakaian saya pun pergi ke pasar untuk belanja sayuran untuk makan siang kami. Setelah kurang lebih satu jam di pasar saya pulang, saya letakkan keranjang belanjaan saya dan saya siap untuk mengucek rendaman baju saya. Saya bernyanyi-nyanyi gembira karena merasa senang bisa menjadi istri rajin hari itu, tapii uuuuppss, benda apaan ini di kantong celana kerja suami saya, bentuknya kok kotak-kotak gitu. Ahhh,,semoga bukan dompet, kan dompet sudah saya keluarkan dari kantong celana tadi sebelum mencuci. Sudah atau belum yaa?? Cepat saya keluarkan benda itu dari kanntong dan benar tenyata itu berisi dompet. Huuuuaaa...saya merasa pagi yang cerah mendadak menjadi gelap dan mendung. Berarti sudah dua kali saya merendam dompet suami saya. Dulu ktp dan stnk suami saya sampai luntur,, jangan sampai yang sekarang terulang lagi. Cemas saya keluarkan isinya, ktp, sim, stnk, atm, dan sejumlah isinya basah. foto wanita cantik di bagian depan dompet juga terlihat mulai luntur kecantikannya. huhuhuhu. Yaa Allah saya merendam selama satu jam. Dan dompet itu ada di dalamnya, teronggok bisu dan kedinginan (ini saya yang berlebihan). Yang mebuat saya lebih miris, ktp suami saya kembali luntur, padahal ini ktp baru, yang belum sempat dilaminating.

 Gontai saya berjalan ke kamar. Saya temui suami saya yang sedang asiik membersihkan kaca rumah. "Sudah nii nyucinya, cepet amat" begitu kata suami saya dengan ekspresi riang karena belum tau dompetnya habis saya rendam. "Maafin Nii yah..dompet yah nii rendam lagi" ucap saya pasrah. Siap kalau kali ini dimurkai suami karena keteledoran saya sendiri. Suami saya bergegas melihat dompetnya di kamar.  Mukanya mendadak berubah keruh, saya sudang siap dimarahi. satu dua tiga empat lima. saya tunggu omelan suami saya. Tapi ternyata dia hanya berkata "lama ya tadi ngerendamnya kok sampai luntur semua begini Nii". "Tolong dompetnya dijemur di luar Nii" lanjut suami saya sambil mengelap kartu atm yang telihat basah. "Semoga aja atm nya masih bisa dipakai" ucapnya. Waduh, harus bisa dong kalau ga bisa gimana bisa ambil gaji nanti? kata saya dalam hati. "Emang rusak ya yah??maafin Nii yah, terus kalau ga bisa dipakai lagi gimana" tanya saya cemas. "Kalau ga bisa dipakai ya nanti ayah ambil di bank gajinya" hibur suami melihat wajah saya yang cemas. 

Sejak saat itu saya jadi sangat berhati-hati jika melakukan pekerjaan rumah. Saya ga mau ada insiden dompet masuk rendaman cucian lagi. Kesabaran suami saya justru membuka mata hati saya yang tertutup. Menohok batin saya yang terdalam (duilee bahasanya). Saya ingin belajar lebih baik lagi. Saya tidak mau menyia-nyiakan kesabaran dan pengertian suami saya. Ooooh sungguh beruntungnya saya bersuamikan seorang yang begitu sabar.

Emm..begitulah sekilas tentang keluarga saya.. tentang saya yang pemalas dan teledor. dan suami saya yang penyabar dan pengertian. 

Saya mensyukuri anugrah Allah berupa lelaki pendamping yang begitu mengerti keadaan istrinya. Bukan berarti rumah tangga kami smepurna. Tetapi saya sangat mensyukuri untuk apa yang sudah Alloh anugrahkan pada keluarga kami. Meskipun terkadang ada riak-riak kecil yang memicu perdebatan. Tetapi syukur ini untuk hari-hari yang masih bisa saya lalui dengan lelaki yang saya cintai. Untuk pagi-pagi yang serba buru-buru. Untuk sore-sore yang penuh cerita hangat di depan tivi. Untuk malam-malam yang hangat dalam pelukannya. Ya Allah terima kasih untuk semua nikmatMU. Saya akan terus berusaha menjadi istri yang salihah. Istri yang bisa menampingi suami dalam segala cuaca. Yang menguatkannya, mendukungnya, mengertinya.. 

cinta menurutku tak berwarna
ia menjadi jingga sebagaimana kau memakainya
ia pun menjadi kuning, biru dan merah sebagaimana kau menginginkannya
cinta bagiku, tak ubahnya kumpulan narasi tentang kejujuran dan keberanian
tentang kemarahan dan kasih sayang
cinta adalah lukisan yang unik dan tak terkatakan
sebab ia menenggelamkan kita pada angan-angan dan mimpi yang abadi

dan cintaku padamu adalah surga yang tak bisa kumasuki jika tanpamu

Sabtu, 22 September 2012

Romantisme Sabtu Petang Saya :)


Wawwwww .... great saturday night yaa?? saya berharap begitu juga dengan sabtu malam kalian. Banyak hal yang bisa dilakukan saat akhir pekan seperti ini. Sebenernya malam minggu itu milik semua orang, karena kan semua orang yang masih hidup sampai detik ini adalah pemilik malam minggu, jadi saya sangat tidak setuju malam mingguan itu hanya milik pasangan-pasangan kasmaran saja. Karena malam minggu itu bisa dilalui dengan siapa saja, bahkan jika kalian sendiri sekalipun. Sementara kegiatan yang bisa dilakukan saat sabtu petang (saya lebih nyaman menyebutnya begitu) itu sangat beragam, saya sih malas ya bahas aktivitas sejenis ngedate atau berduaan sama pacar gitu (karena buat saya hal itu ga menarik lagi sekarang, kebersamaan dengan pasangan yang belum halal itu bukan yang masuk kategori romantis versi saya pasca menikah), tapi kegiatan lain semacam menikmati waktu kumpul bersama keluarga, makan malam diluar bersama suami, nonton, atau kegiatan di rumah semisal nonton bola, putar dvd, baca, bahkan kegiatan yang dilakukan sendiri semisal menulis, apapun laah...

FYI aja, sekarang saya lagi pijat-pijat keyboard laptop butut kesayangan saya, sambil tengkurep di kasur saya yang nyaman. Suami lagi duduk manis depan tivi soalnya ada bola malem ini. Jujur saya ga tertarik dengan olah raga tipe apapun, jadi untuk sekedar menemani suami saya nonton bola ga berminat, dan suami cukup memahami dengan rela menikmati pertandingan itu sendiri (padahal apa sih asyiknya nonton bola sendiri, gemes sendiri, teriak-teriak sendiri :D). 

Saya nulis tuh ada tujuannya loh, kalau sekarang ini saya mau cerita. Sabtu ini selepas kerja sebenarnya banyak hal yang sudah saya rencanakan bersama suami, ya makan di luar, ya nemenin saya jalan-jalan ke malioboro, dan hal-hal lain yang sepertinya bakal bikin saya ngerasa seperti ABG lagi. Tapiiiih, rencana rapi tuh ga selalu di dukung situasi yang pas. Saya baru sampai rumah jam setengah 6 sore, dengan kondisi badan capek akibat tumpukan stress selama seminggu, tadinya sih niatnya smapai rumah mandi terus habis maghrib langsung tancap ke Malioboro, yang ada sampai detik ini saya bahkan belum mandi hahahaha. Membayangkan menempuh sekitar 30 km untuk sampai Malioboro ituuh adalah hal yang sangat berat untuk dilakukan ketika saya sudah nempel sama kasur kesayangan saya. Kenikmatan ini rasanya berat kalau harus ditukar dengan apapun, termasuk godaan shoping di Malioboro sekalipun. Jadilah saya dan suami memutuskan besok pagi saja pergi. 

Cerita ga sampai situ aja dong yaa. Tiba-tiba suami saya punya ide buat sepedahan berdua. Saya sih emang sudah dari lama pengen sepedahan. Boncengan berdua naik sepeda tua kepunyaan mbah kakung saya itu sepertinya suatu moment yang sarat keromantisan yang menyehatkan :D. Jadilah tadi saya dan suami sepedahan di bawah malam yang sedikti bintang dengan bulan tanggal 22 yang indah dilihat (kebawa efek romantis). Suami saya semangat banget ngayuh sepedanya, ga pake berhenti ngayuh atau istirahat sama sekali looh. Saya yang jarang banget naik sepeda sebenernya agak nggak nyaman ya bonceng sepeda gitu, tapi lagi-lagi karena pengaruh romantisme versi saya malam tadi saya tepis jauh-jauh rasa tidak nyaman yang diitimbulkan dari kerasnya bangku pembonceng sepeda tua mbah kakung saya :D. Tangan saya melingkari perut suami saya yang menggemaskan saking berisinya,,hehehe. Saya lumayan takut jatuh juga, lewat sawah-sawah terus sampai di desa sebelah. Ga taunya di sana lagi ada pertunjukkan wayang kulit, rame banget dong pastinya, orang-orang sibuk ngeliatin kami waktu kami lewat, mungkin mereka takjub malam-malam begini ada wanita cantik duduk manis di sedel belakang sepeda tua yang lumayan butut hehehehe. Saya sama suami ketawa-ketawa malu nggak jelas gitu menyikapi pandangan orang-orang tadi. Dan sepeda pun terus melaju, angin malam yang sejuk menambah romansa antara kami, membuat saya merasa sesuatu yang berbeda. Saya senang hal-hal sederhana seperti ini. Bagi saya ini moment kecil yang begitu berarti, membahagiakan. Melaju pelan di temaram malam yang hanya di terangi bulan sabit, memeluk erat pinggang lelaki yang saya cintai, menghirup udara malam yang menentramkan hati,  membicarakan hal-hal ringan yang mengundang tawa. Ini sangat berarti. Sampai detik ini masih terasa romantisme di atas sepeda tadi. 

Untuk saya bahagia itu sederhana...bagaimana dengan anda??


Jumat, 21 September 2012

Dapet Arisan pas Tanggal Tua Itu Spektaa Waaaawwww


Weeeekeeend ..... wuaalaaaa .. sudah sampai pada hari sabtu jugaa ... semangat pastinyaa lah yaa udah akhir minggu gini. Kenapa?? ya karena besok minggu, artinya libur kerja, bisa bangun agak siang, bisa santai-santai hehehe. Dan yang membuat keceriaan sabtu ini bertambah, karena pagi tadi saya dapet arisan. Lumayan juga sih dapetnya, biarpun yang ikut cuma 4 orang, saya, Nana, Mbak Yani, sama Ririf. Dari kemaren-kemaren siy saya sudah semangat banget pengen dapet yang pertama. Biasanya sih kalau arisan pada males dapet pertama, tapi saya sih ga masalah soalnya saya emang udah gembar-gembor sama temen seruangan pengen beli tas baru. Makanya perlu dana lebih buat bisa ngebeli itu tas idaman. Jadi dari 4 orang yang ikut arisan tadi, 2 orang udah nafsu banget pengen dapet, saya nafsu beli tas, si Ririf uda nafsu mau bayar kosan. Sementara Nana sama Mbak Yani ogah dapet duluan. Mereka milih ntar-ntaran aja dapetnya..

Jadilah itu arisan di shake-shake (kalau pake kocok-kocok kok bahasanya jadi gimana gituu yaa??hahaha) di tempat yang ala kadarnya a.k.a kotak tisuu. Keluarlah itu si gulungan imut, deg2an siapa yang dapet eehh malah nama Nana yang keluar, karena dia ga mau di shake-shake lagi lah itu kotak tisu, untuk yang kedua yang keluar malahan nama Mbak Yani. Laaaahh gimana siiy yang dikeluarin malah nama-nama orang yang lagi ga tertarik sama duit. Akhirnya kan tinggal nama saya sama Ririf, deg-degan juga saya.. siapa yang dapet...ehhh, gataunya nama saya yang keluar .. Cucoook deh yaa..kayaknya hari keberuntungan saya banget tanggal tua gini dapet duit 400 ribu.. :D. 

Balik ke ruangan saya langsung telepon suami saya,, pamer gitu critanya dapet arisan, secara kan suami lagi bokek berat tanggal tua gini dikarenakan gaji tengah bulannya ditahan sama perusahaan wkwkwkkwk, makanya saya pamerin aja saya puya duit (hahaha,,jahat yaa sayaa). Terus saya ajakin nanti malam jalan-jalan terselubung (minta diajak jalan-jalan padahal saya suruh nemenin shoping akakakkak). Untungnya suami saya ga curigaan, mau-mau ajalah dia :D.

Begitulah, saya sedang merasa beruntung hari ini, biarpun Jogja juga masih tetep bikin saya gerah dan kepanasan :D

Curhat di Sore hari

Yang tinggal di area Jogja dan sekitarnya pasti ngerasain Jogja akhir-akhir ini super duper panas. Tiap masuk jam 11 siang, setiap cek jejaring sosial macam Fb, Twitter, dll semua pasti ngeluh kegerahan,,termasuk saya. Kebetulan ruangan tempat saya kerja saat ini penyejuknya cukup manual. Hanya kipas angin yang nempel di dinding tepat di atas saya yang sejak setengah 9 sampai setengah 5 sore sibuk geleng-geleng berjuang keras menetralisir hawa panas yang masuk di ruangan saya (bayangkan betapa capeknya dia, berkorban untuk saya dan 2 orang lain di ruangan ini :* cipok kipas LOL).

Ga tau kenapa emang cuaca di Jogja lagi ekstrem gini, dulu-dulu sih ga sampai ya panas yang segininya. Lhah ini, saking panasnya tiap ada diruangan, pintu sama jendela ditutup rapat-rapat dengan tujuan saya bisa pake celana kolor di dalamnya tanpa ada yang liat hahahha. Kecepatan si kipas juga uda maksimal, bukannya mengurangi panas, ini kertas2 kerja saya malah beterbangan kemana-mana kebawa angin. Tapi kalau di kecilin itu angin ga ngefek sama sekali, apalagi kalau di matiin (mending kasih ruangan di kamar mandi aja deh kerja sambil berendam "-_-").

Sebenernya ruangan lama saya cukup nyaman, ada di gedung utama yang pendinginnya pake AC, tapi dikarenakan suatu hal teknis saya dan 2 orang teman lainnya di deportasi dari ruangan lama, Di tempatkan di ruang baru yang sebenarnya juga cukup nyaman. Coba AC nya bisa ikut pindah sama saya, yang ada saya cuma sukses bawa kursi jalan saya sama tatakan buat kaki  dari ruang lama ke ruangan baru saya (yaah lumayan laah).

Dan akhirnya setelah sekitar sebulan saya menempati ruangan baru dan mulai ada chemistry sama ruangan ini, saya mulai terbiasa juga sama bunyi ngggggggggwssssssssssss dari kipas yang geleng-geleng di atas saya itu. Sore ini jam, saya lagi sibuk ngeblog, kerjaan uda kelar buat minggu ini, jadi bisa santai-santai (sebenernya sih saya kerjanya santai terus). Temen seberang meja saya sii mbak-mbak jilbaber :) tampaknya sedang asik liatin foto-foto jaman kuliah sambil dengerin musik pake headset, saya sih curiga yang dia dengerin dangdut koplo atau campurasari. Terus yang disebelah meja saya barusan telpon-telponan sama pacarnya yang lagi tugas di Manado, kasian banget dia pacaran sama hp :D .

Well, saya udah semangat mau pulang niy, hampir setengah 5 soalnya, tapi saya sedikit dipusingkan dengan urusan beli makan buat suami, soalnya menu yang ada sore gini itu-itu mulu. Kasian suami saya makannya pecel lele tiap hari. Emmm,ada ide ga yaa makanan apa yang ada disekitar sini??yang punya ide bisa sms langsung ke hp saya, atau datang langsung ke ruangan saya :))

Hmmm,,saya baca-baca tulisan saya makin ke bawah makin ga nyambung sama topik, tapi gapapa lah namanya juga curhat boleh dong yaa topiknya random2 gini..hahhahaha
Okeeyyy saya pamit saudaraa...selamat berakhir pekan dan sampai berjumpa di lain kesempatan ..C U ...

                                              ......................................................................


Kamis, 20 September 2012

Seperti ini aku mengenal lelaki itu




Aku mengenal lelaki ini 3 tahun yang lalu, saat aku memutuskan untuk tinggal bersama nenek dan kakekku. Kebetulan rumah kami bersebelahan. Pertama kali mengenalnya kesan yang aku dapatkan dia seorang yang baik, dan bersahabat meskipun dia agak canggung. Dari nada bicaranya yang telihat gugup dan tidak yakin, aku menyimpulkan dia bukan lelaki yang terbiasa berinteraksi dengan kaum hawa. Dia sering terlihat malu dan gugup. Aku geli jika ingat suaranya yang bergetar ragu saat menyapaku untuk pertama kalinya. 

Selanjutnya mengalirlah pertemanan kami seperti layaknya dua orang yang tinggal bersebelahan, dia sering mengunjungiku untuk sekedar mendengarkanku bercerita.Dia lelaki yang baik dan suka menolong. Saat itu aku ada acara kampus ke luar kota. Tanpa disuruh dia menawarkan untuk mengantarku ke kampus, dan menjemputku lagi, padahal aku sampai kampus sekitar jam 10 malam waktu itu. Betapa tetangga yang waww dia itu :)..

Yang paling berkesan dari hubungan bertetangga kami, dia malah bertransformasi menjadi sosok yang lebih siaga dari pacarku sendiri (ooh iyaa hampir lupa kalau waktu itu aku sudah punya pacar). Aku punya semacam kebiasaan, terbangun tengah malam dan susah untuk tidur lagi.Kebiasaan ini mulai menghinggapiku sejak aku kuliah, keadaan semakin buruk kalau aku terbangun saat hujan tengah malam.Naaahh..dia yang selau menemaniku (lewat sms), menenangkan yang meyakinkan tengah malam itu paling tidak masih ada juga orang yang terjaga. Aku jadi merasa aman, biasanya aku tertidur dengan sms darinya yang belum sempat aku balas. 

Hingga suatu malam, ditengah perjalanannya ke Surabaya. Aku menerima sms pernyataan cinta darinya.. Bulan-bulan akhir di tahun 2009. Pernyataan cinta yang aku anggap bukan hal yang serius. Yang tak bisa kuterima juga karena dia lebih muda (waktu itu masih tabu bagiku berpacaran dengan sesorang yang lebih muda), juga karena aku masih terikat suatu komitmen dengan laki-laki (yang aku anggap true love ku), walaupun serenggang apapun hubunganku dengan pacarku tapi aku bukan tipe wanita yang mau dan bisa menjalani 2 hubungan dalam 1 waktu. Aku kuat dalam hal berkomitmen. Penolakan itu akhirnya membuahkan memudarnya ikatan pertetenggan antara aku dan lelaki itu. 

Kami semakin disibukkan oleh kehidupan kami masing-masing. Keintiman hubungan pertetenggaan itu akhirnya perlahan memudar, merenggang hingga benar-benar tak ada komunikasi. Awal tahun 2010 aku berakhir dengan kekasihku. Selesai.. dan selanjutnya aku semakin terlarut dalam aktivitas kampusku, dengan patah hatiku, dengan jalinan cinta baru, dan patah hati lagi, cinta baru dan patah hati lagi..

Kemudian aku ketahui lelaki itu sudah tak lagi sendiri, belakangan aku tau dari semenjak aku dekat dulu dia juga memang sudah memiliki orang terkasih. Dan aku turut berbahagia atas bahagianya itu. 

Hidup terus melarutkanku dalam patah hati dan jatuh cinta, belum berujung karena memang hatiku masih terpaut pada kisah lamaku, meskipun rasa itu hanya kunikmati sendiri tanpa telihat atau diketahui oleh orang-orang terdekatku. Tetapi satu hal, aku mulai merindukan lelaki itu, lelaki yang biasa hadir dihidupku, lelaki yang biasa menemani bangun malamku sampai aku tertidur lagi, dia yang selalu setia mendengarkan apapun yang aku keluhkan. Aku merindukannya tanpa punya daya untuk mengatakan itu. Semua rasa itu aku simpan rapi dalam keceriaan yang biasa melekat pada hari-hariku.

Pertengahan tahun 2010 entah bermula dari apa, komunikasiku kembali terjalin dengan lelaki itu. Perlahan hubungan hangat bertetangga kami mulai terjalin lagi seperti dulu. Kami saling menceritakan kehidupan kami selama terputusnya komunikasi. 

Dan terulang lagi pernyataan cinta ke dua kalinya, dengan kondisiku yang dalam bayangan orang terdahulu yang juga dalam waktu yang bersamaan kembali mengungkapkan cintanya padaku. Mengungkapkan keinginannya untuk kembali memilikiku, yang membuatku terseret dalam dilema selama bebarapa waktu untuk menentukan akan kemana hatiku. Tapi aku tak mau jatuh dalam cinta yang lama lagi, cinta yang sarat satu hal yang tak pernah tejembatani, hal yang tak bisa dijembatani lagi seperti apapun kami mengusahakannya. Jadi aku memilih lelaki itu, bukan lelaki dari masa laluku.

Selayaknya hubungan lelaki dan perempuan yang memiliki latar belakang berbeda, umur, lingkungan, sifat, dan banyak hal lainnya hubungan kami mengalami berbagai hal yang kadang menjatuhkan dan menguatkan perasaan kami. Semakin ku sadari aku mencintainya, perasaan yang bertambah dalam seiring berjalannya waktu. Aku semakin mencintai, mencintai semua kekurangan dan kelebihannya. Berbagai hal yang kadang menyakitkan itu semakin mengeratkan rasa diantara kami, telebih dukungan keluarga kami berdua menambah keyakinan kami untuk menaikkan taraf keseriusan hubungan kami. Meskipun aku akui bukan hal yang mudah untuk satu setengah tahun jalinan cinta diantara kami. 

4 Maret 2012 kami menikah, kami resmi saling memiliki. Aku dan dia, lelaki itu. Suamiku... 

heartbeats fast
colors and promises
how to be brave
how can i love when i’m afraid to fall
but watching you stand alone
all of my doubt suddenly goes away somehow
one step closer

i have died everyday waiting for you
darling don’t be afraid i have loved you
for a thousand years
i love you for a thousand more

time stands still
beauty in all she is
i will be brave
i will not let anything take away
what’s standing in front of me
every breath
every hour has come to this
one step closer

i have died everyday waiting for you
darling don’t be afraid i have loved you
for a thousand years
i love you for a thousand more

and all along i believed i would find you
time has brought your heart to me
i have loved you for a thousand years
i love you for a thousand more

one step closer
one step closer

i have died everyday waiting for you
darling don’t be afraid i have loved you
for a thousand years
i love you for a thousand more

and all along i believed i would find you
time has brought your heart to me
i have loved you for a thousand years
i love you for a thousand more


Sabtu, 15 September 2012

Kepribadian Kamu Dilihat dari Apa yang Kamu Lakukan Kalo Mau Makan Tapi Gak Punya Duit


Jadi kemaren seperti biasa, MBDC ngadain polling kecil-kecilan. Kali ini pertanyaannya adalah apa yang kalo kamu mau makan tapi gak punya duit. Kenapa MBDC bikin pertanyaan itu? Karena ternyata kamu bisa melihat kepribadian kamu dari hal tersebut lho! Keren banget! Jadi ketika kamu mau makan tapi kamu gak punya duit lalu kamu –

Ngutang Sama Tempat Makannya

Berarti kamu orangnya tegaan dan agak tidak tahu malu. Kenapa? Karena pada umumnya kan tempat makan yang mau ngutangin itu warung-warung makan kecil gitu kan. Nah, mereka udah dagang susah-susah masih juga kamu utangin. Ckckck. Tapi ya harus diakui, orang-orang yang berani ngutang sama tempat makan ini adalah orang-orang yang berani untuk mencoba. Mereka memiliki sikap “coba tanya dulu, siapa tau dikasih”. Terkadang dalam hidup ini, sedikit ketidak tahu maluan memang dibutuhkan.

Ngutang Sama Temen

Berarti kamu anaknya suka cari aman. Karena pada umumnya kalo ngutang sama temen itu lebih enak. Kemungkinan dipinjemin duit lebih besar, terus kalo pinjeman ditolak juga gak malu-malu amat. Kalo mau ngutang sama tempat makan tapi ditolak kan lebih malu gitu ya. Ntar diliatin orang-orang lagi.

Nagih Utang ke Temen yang Punya Utang Sama Kamu

Nah, ini berarti kamu anaknya pintar memanfaatkan situasi. Mungkin dari kemarin kamu sengaja gak nagih utang ke temen kamu yang punya utang ke kamu dengan tujuan supaya kamu punya tabungan di saat-saat kritis seperti sekarang ini. Jadi kayak arisan gitu ceritanya. Kalo kayak gini kan kamu bisa minta duit ke temen kamu tanpa rasa bersalah.

Malak Temen

Ini berarti kamu memiliki jiwa premanisme yang cukup tinggi. Dengan jiwa seperti ini, kamu bisa menikmati banyak hal tanpa harus mengeluarkan banyak uang. Kamu cocok kerja di instansi-instansi yang memiliki kedok melayani orang banyak, tapi justru karena orang banyak ini membutuhkan kamu, kamu bisa minta duit sama mereka. Manteb!

Ngerampok

Berarti kamu penjahat. Kamu layaknya dibui sekarang.

Lebih Baik Mati Karena Gak Ada Gunanya Hidup di Dunia Ini

Berarti kamu memiliki harga diri yang tinggi serta jiwa ksatria. Kamu lebih baik mati daripada ngutang atau minta makanan sama orang lain. Tapi ini juga membuktikan kalo kamu anaknya gak mau usaha sih. Masa cuma karena gak bisa makan karena gak punya duit aja kamu mau mati? Gimana menghadapi masalah hidup yang lebih pelik?! Mau jadi apa bangsa ini kalo semua orang kayak kamu?!





Jumat, 14 September 2012

Gerimis




Aku setengah berlari menyusuri trotoar yang semakin basah oleh hujan siang itu. Ku masuki salah satu cafe yang ada di seberang rumah sakit dengan terburu-buru.  Seorang wanita berjilbab biru muda melambaikan tangan ke arahku.

"Na, di sini" ucapnya. 

Ku hampiri wanita di meja  sudut cafe itu sambil mengusap rambutku jadi basah dan berantakan oleh hujan tadi. 

"udah lama yaa nunggunya?, maaf tadi tiba-tiba Pak Rio minta aku segera selesaikan laporannya sore ini juga" ucapku menjelaskan.

"Ga kok, aku juga baru aja datang" Balasnya sambil menyodorkan tisu "nih, lap tuh rambut kamu basah gitu".

"Iya nih tau musim hujan gini aku malah ga bawa payung, kamu ga buru-buru pulang kan? udah bilang sama Putra kan mau ketemu sama aku?".

Riri tersenyum lembut,"sudah, dia juga pulang agak telat nanti. Shafa hari ini lagi di rumah eyangnya, disuruh nginep jadi aku punya waktu banyak hari ini buat ngobrol sama kamu, eh aku udah pesenin kamu coklat anget, pas banget kan ujan-ujan gini?" ujarnya.

Aku tersenyum, sahabatku ini selalu tau apa yang aku butuhkan. "ehmm,, Iya kamu ga ajak Shafa kesini aja tadi, aku kan kangen sama dia lama ga ketemu".

Lagi- lagi Riri tersenyum, di ambilnya hp di tas, lalu ditunjukkan foto gadis kecil berambut keriting menggemaskan "Dia sekarang sudah masuk play grup, sudah mau aku tinggal sendiri". 

Obrolan kami sejenak terhenti oleh datangnya pesanan hot chocolate kami, minuman favorit kami berdua sejak masih sama-sama kuliah dulu.

"Mas Hendra apa kabar Na? dia ga pulang? weekend ini? lontar Riri tiba-tiba.

"Enggak Ri, dia banyak kerjaan...". Ucapanku terhenti membayangkan betapa lelahnya suamiku. Aku tau pekerjaannya kadang menuntutnya untuk bekerja lebih berat dari rekannya yang lain. Semakin perih membayangkan saat dia begitu lelah tidak ada sosok istri yang menantinya di rumah, tidak ada sambutan saat dia tiba di rumah, tidak ada menyiapkan secangkir teh panas untuk mengurangi lelahnya. Ah, membayangkan itu membuatku semakin sedih. Wajar mungkin jika dia memang masih lajang, tapi dia sudah menikah, sudah beristri,, aku. 

"Na"

"Na"

"Na, kenapa kamu?"

Lamunanku memudar oleh panggilan Riri. Aku tersenyum getir, "ga papa Ri". Ucapku membohonngi Riri dan.. membohongi diriku sendiri. Riri memandangku tak percaya, aku salah kalau bisa membohonginya dengan jawabanku tadi. Dia sahabatku yang paling mengerti apa yang ku rasa.

"Kamu ga pengen pindah Ke Bandung Na? kalian ga bisa kan tinggal berjauhan seperti ini, sudah 3 tahun kalian hidup berjauhan, apa kamu ga pengen keluarga yang normal?" Tanya Riri hati-hati. Dia tahu ini topik paling sensitif buatku. Tidak biasanya dia membuka hal ini sebagai topik pembicaraan jika bukan aku dulu yang mengungkapkannya.

Aku menghela nafas panjang, tak tau harus menjawab apa. Aku merasa begitu egois, sangat egois.Kadang aku ingin menyusul suamiku ke Bandung, tinggal di sana. Tetapi aku merasa sayang pada pekerjaanku di sini, pekerjaan ini begitu ku cintai, pekerjaan yang sudah aku idamkan sejak aku masih sekolah dulu. Dan kini aku berhasil meraihnya, jabatan yang penting di kantor juga kepercayaan atasanku padaku. Semua pekerjaan bisa ku selesaikan dengan baik dan memuaskan. Karirku cemerlang, pekerjaanku sempurna, materi yang ku milikipun lebih dari cukup tapi.... ku lihat Riri, sahabatku dari kuliah ini, dia mungkin hanya ibu rumah tangga, tidak memiliki jabatan, suaminya juga hanya seorang dosen di universitas negeri. Tetapi hidupnya terlihat sangat sempurna, bukan hanya terlihat, aku tahu persis hidupnya sangat bahagia. Putra memang menyuruh Riri berhenti bekerja saat mereka mau menikah dulu. Putra beralasan dia tak ingin anaknya tidak mendapat perhatian yang cukup dari orang tuanya jika semua bekerja di luar rumah. Padahal tadinya dia bekerja di kantor yang sama denganku. Dia melepas semua itu demi keluarganya. 

"Na, maaf kalau perkataanku tadi membuatmu tak nyaman. Tapi sebagai sahabatmu aku melihat kondisimu dan Mas Hendra tak semestinya di biarkan seperti ini terus".

Aku membenarkan ucapan Riri, Mas Hendra mungkin memang lelaki yang sangat pengertian. Ia tak pernah mengeluh mengenai kondisi kami yang seperti ini, yang harus berjauhan dengan istrinya. Dari awal menikah dia memang cukup tau diriku yang sangat mencintainya pekerjaanku, suamiku bahkan tak pernah menuntutku untuk meninggalkan pekerjaanku dan mengikutinya ke Bandung. Dia mengalah, pulang ke Jogja Tiap 2 minggu atau sebulan sekali untuk bertemu denganku. Dia mengerti pekerjaanku jarang mempunyai libur yang memungkinkan aku ke Bandung untuknya. Ahh, entah mengapa rasa rinduku padanya begitu membuncah. Betapa aku ingin berada di dekatnya sepanjang waktu. Menantinya di rumah, dengan si kecil yang...sampai sekarang kai belum memilikinya. Di usia pernikahan yang ke 3 kamu bahkan belum dikarunia anak, yang jujur begitu kamu rindukan. Hebatnya suamiku juga tak pernah meributkan hal ini. Aku merasa begitu bersalah pada Mas Hendra, pada keluarga kami.

"Mas hendra itu laki-laki Na, mungkin dia diam karena mengalah pada egomu. Tapi jangan kamu terus memaksa dia terus mengerti kamu mengikuti maumu, dia pasti ingin keluarga yang utuh, bersama, ada tangis dan tawa anak kecil". "Kamu tak bisa terus menuntut pegertiannya, bagaimanapun kamu wanita Na, kamu istrinya".

Riri memmandangku lekat-lekat, dia terlihat sangat serius. 

"Kamu ga bisa begini terus, sebaiknya kamu pikirkan baik-baik ucapanku. Suamimu berhati lapang, tetapi siapa yang tau jika dia juga lelah dengan kondisi ini, apalagi berjauhan itu banyak godaan Na". 

                                                      ..............................

Sepanjang jalan menuju rumah aku terus terngiang ucapan Riri, dalam hati aku mulai mengiyakan semua perkataannya. Aku terlalu egois pada Mas Hendra, suamiku orang yang sabar, pegertian, dewasa. Aaah,,apa harus dia yang selalu mengalah. Aku takut dia perlahan berpaling, jarak seperti perkataan Riri bisa merenggangkan hubungan. Terlebih Mas Hendra memang lelaki yang menarik, punya jabatan bagus, wanita mana yang tak mau dengannya. Rasa khawatirku semakin memuncak. Aku menepikan mobilku di bawah sisa-sisa gerimis bulan Januri itu. Aku raih handphoneku.... 

"Halo.." ucap suara di seberang. Suara yang terdengar begitu berat dan lelah.

"Halooo, sayang" ulangnya

Aku tak kuasa berkata, tak terasa mataku memanas, betapa aku sanagat merindukannya. 

"Halo mas, masih di kantor?" jawabku sambil berusaha menyamarkan perasaan sesak di dadaku.

"Iyaa sayang, masih ada beberapa laporan. Kamu sudah di rumah? jadi ketemu Riri tadi?".

"Iyaaa Mas" aku tercekat tak tau berkata apa. "aku kangen kamu mas" ucapku akhirnya

Kudengar desahan perlahan di seberang, tampak dia juga merasa perasaa yang berat. "Mas juga sayang, maaf yaa mas belum bisa pulang minggu ini, banyak sekali pekerjaan, mungkin sabtu depan mas ke Jogja, sabar yaa sayangkuu" balasnya lembut.

Mendengar perkataannya aku tak kuasa menahan air mataku lagi, tangisku pecah.  

"Sayang kamu gapapa kan? maaf yaa,, apa mas perlu segera pulang?"

Isak tangisku makin keras, betapa dia malah menyalahkan dirinya, padahal aku yang salah. Aku yang menyebabkan kondisi seperti ini. Ku kuatkan diriku. "Ga papa mas, aku cuma kagen mas aja. Ga usah mas, aku tunggu sampai sabtu depan saja. Ya udah mas aku mau mandi dulu yaa, tadi habis kena air hujan". Terdengar sedikit omelan suamiku, kenapa sampai kehujanan. Telepon aku tutup saat aku yakinkan aku baik-baik saja.

                                                 .............................

Jum'at ini perasaanku ringan sekali, rasanya tidak pernah sebahagia ini. Aku terbangun desa penrasaan yang lain seperti biasanya. Ku lihat jam di handphoneku, setengah 6, masih sangat pagi. Kubayangkan suamiku pasti masih terlelap dengan lelahnya. Akan ku beri suamiku kejutan pagi ini.

"Halo mas" 

Terdengar suara parau  "Iya sayang, mas agak ga enak badan ini semalam pulang agak malam. Mungkin mas ga ke kantor hari ini".

"Mas sakit? gimana yang dirasain mas?" ucapku khawatir

"Cuma lemes aja sayang, mungkin kecapean aja" 

"aku ke Bandung yaa?"

"Ga usah sayang, Mas aja besok ke Jogja, nanti minum obat juga sudah baikan ". Suamiku berusaha menenangkan.

"aku tetap mau ke Bandung mas" timpalku ngeyel

"aku sudah kemasi barang-barangku kok, aku terbang nanti sore, ga usah jemput nanti aku naik taksi aja".

Suamiku terdiam sejenak "Mas tuh gapapa, sayang ga usah ijin kerja cuma buat ke Bandung, besok sayang kan ga libur". Dia berusaha meyakinkanku

"Pokoknya aku mau ke Bandung, lagian senin depan aku libur, selasa juga libur, rabu libur, kamis juga libur selamanya aku libur mas" ucapku diiiringi tawa.

Suamiku masih tak mengerti perkataanku sampai ku jelaskan aku sudah resign dari kantorku, surat pengunduran diri sudah diterima bosku mesti dengan berat hati, berhari-hari aku berusaha meyakinkan bosku bahwa aku tak bisa bekerja lagi. dia terima setelah aku merekomendasikan rekanku yang juga memiliki kinerja bagus. 

"akhirnya kamu mengerti sayaang" kata suamiku akhirnya. Terdengar sangat bahagia

"mas selama ini diam karena yakin sayang akan mengerti dengan sendirinya, Mas yakin sayang istri yang baik, yang akan mengerti bagaimana sebaiknya yang harus dilakukan tanpa perlu mas katakan, walaupun harus mas tunggu  3 tahun, Love u sayang" ucapnya tulus.

Aku kembali terisak, tapi kali ini tangis bahagia. Bahagia karena sebentar lagi aku akan memiliki keluarga yang utuh, yang memang seharusnya. Aku tak sabar memeluknya, dan menumpahkan rinduku padanya. 

"Terima kasih Mas, sudah begitu sabar 3 tahun ini. Love u more Mas". 

                                      ...................................................................



* cerita ini diilhami oleh kisah LDR sahabatku Ratna Yuliasari..terima kasih atas inspirasinya, dan maaf aku pake namamu :)) moga kamu suka ceritanya..Jangan galau karena LDR yaa??