Kamis, 20 September 2012

Seperti ini aku mengenal lelaki itu




Aku mengenal lelaki ini 3 tahun yang lalu, saat aku memutuskan untuk tinggal bersama nenek dan kakekku. Kebetulan rumah kami bersebelahan. Pertama kali mengenalnya kesan yang aku dapatkan dia seorang yang baik, dan bersahabat meskipun dia agak canggung. Dari nada bicaranya yang telihat gugup dan tidak yakin, aku menyimpulkan dia bukan lelaki yang terbiasa berinteraksi dengan kaum hawa. Dia sering terlihat malu dan gugup. Aku geli jika ingat suaranya yang bergetar ragu saat menyapaku untuk pertama kalinya. 

Selanjutnya mengalirlah pertemanan kami seperti layaknya dua orang yang tinggal bersebelahan, dia sering mengunjungiku untuk sekedar mendengarkanku bercerita.Dia lelaki yang baik dan suka menolong. Saat itu aku ada acara kampus ke luar kota. Tanpa disuruh dia menawarkan untuk mengantarku ke kampus, dan menjemputku lagi, padahal aku sampai kampus sekitar jam 10 malam waktu itu. Betapa tetangga yang waww dia itu :)..

Yang paling berkesan dari hubungan bertetangga kami, dia malah bertransformasi menjadi sosok yang lebih siaga dari pacarku sendiri (ooh iyaa hampir lupa kalau waktu itu aku sudah punya pacar). Aku punya semacam kebiasaan, terbangun tengah malam dan susah untuk tidur lagi.Kebiasaan ini mulai menghinggapiku sejak aku kuliah, keadaan semakin buruk kalau aku terbangun saat hujan tengah malam.Naaahh..dia yang selau menemaniku (lewat sms), menenangkan yang meyakinkan tengah malam itu paling tidak masih ada juga orang yang terjaga. Aku jadi merasa aman, biasanya aku tertidur dengan sms darinya yang belum sempat aku balas. 

Hingga suatu malam, ditengah perjalanannya ke Surabaya. Aku menerima sms pernyataan cinta darinya.. Bulan-bulan akhir di tahun 2009. Pernyataan cinta yang aku anggap bukan hal yang serius. Yang tak bisa kuterima juga karena dia lebih muda (waktu itu masih tabu bagiku berpacaran dengan sesorang yang lebih muda), juga karena aku masih terikat suatu komitmen dengan laki-laki (yang aku anggap true love ku), walaupun serenggang apapun hubunganku dengan pacarku tapi aku bukan tipe wanita yang mau dan bisa menjalani 2 hubungan dalam 1 waktu. Aku kuat dalam hal berkomitmen. Penolakan itu akhirnya membuahkan memudarnya ikatan pertetenggan antara aku dan lelaki itu. 

Kami semakin disibukkan oleh kehidupan kami masing-masing. Keintiman hubungan pertetenggaan itu akhirnya perlahan memudar, merenggang hingga benar-benar tak ada komunikasi. Awal tahun 2010 aku berakhir dengan kekasihku. Selesai.. dan selanjutnya aku semakin terlarut dalam aktivitas kampusku, dengan patah hatiku, dengan jalinan cinta baru, dan patah hati lagi, cinta baru dan patah hati lagi..

Kemudian aku ketahui lelaki itu sudah tak lagi sendiri, belakangan aku tau dari semenjak aku dekat dulu dia juga memang sudah memiliki orang terkasih. Dan aku turut berbahagia atas bahagianya itu. 

Hidup terus melarutkanku dalam patah hati dan jatuh cinta, belum berujung karena memang hatiku masih terpaut pada kisah lamaku, meskipun rasa itu hanya kunikmati sendiri tanpa telihat atau diketahui oleh orang-orang terdekatku. Tetapi satu hal, aku mulai merindukan lelaki itu, lelaki yang biasa hadir dihidupku, lelaki yang biasa menemani bangun malamku sampai aku tertidur lagi, dia yang selalu setia mendengarkan apapun yang aku keluhkan. Aku merindukannya tanpa punya daya untuk mengatakan itu. Semua rasa itu aku simpan rapi dalam keceriaan yang biasa melekat pada hari-hariku.

Pertengahan tahun 2010 entah bermula dari apa, komunikasiku kembali terjalin dengan lelaki itu. Perlahan hubungan hangat bertetangga kami mulai terjalin lagi seperti dulu. Kami saling menceritakan kehidupan kami selama terputusnya komunikasi. 

Dan terulang lagi pernyataan cinta ke dua kalinya, dengan kondisiku yang dalam bayangan orang terdahulu yang juga dalam waktu yang bersamaan kembali mengungkapkan cintanya padaku. Mengungkapkan keinginannya untuk kembali memilikiku, yang membuatku terseret dalam dilema selama bebarapa waktu untuk menentukan akan kemana hatiku. Tapi aku tak mau jatuh dalam cinta yang lama lagi, cinta yang sarat satu hal yang tak pernah tejembatani, hal yang tak bisa dijembatani lagi seperti apapun kami mengusahakannya. Jadi aku memilih lelaki itu, bukan lelaki dari masa laluku.

Selayaknya hubungan lelaki dan perempuan yang memiliki latar belakang berbeda, umur, lingkungan, sifat, dan banyak hal lainnya hubungan kami mengalami berbagai hal yang kadang menjatuhkan dan menguatkan perasaan kami. Semakin ku sadari aku mencintainya, perasaan yang bertambah dalam seiring berjalannya waktu. Aku semakin mencintai, mencintai semua kekurangan dan kelebihannya. Berbagai hal yang kadang menyakitkan itu semakin mengeratkan rasa diantara kami, telebih dukungan keluarga kami berdua menambah keyakinan kami untuk menaikkan taraf keseriusan hubungan kami. Meskipun aku akui bukan hal yang mudah untuk satu setengah tahun jalinan cinta diantara kami. 

4 Maret 2012 kami menikah, kami resmi saling memiliki. Aku dan dia, lelaki itu. Suamiku... 

heartbeats fast
colors and promises
how to be brave
how can i love when i’m afraid to fall
but watching you stand alone
all of my doubt suddenly goes away somehow
one step closer

i have died everyday waiting for you
darling don’t be afraid i have loved you
for a thousand years
i love you for a thousand more

time stands still
beauty in all she is
i will be brave
i will not let anything take away
what’s standing in front of me
every breath
every hour has come to this
one step closer

i have died everyday waiting for you
darling don’t be afraid i have loved you
for a thousand years
i love you for a thousand more

and all along i believed i would find you
time has brought your heart to me
i have loved you for a thousand years
i love you for a thousand more

one step closer
one step closer

i have died everyday waiting for you
darling don’t be afraid i have loved you
for a thousand years
i love you for a thousand more

and all along i believed i would find you
time has brought your heart to me
i have loved you for a thousand years
i love you for a thousand more


0 komentar:

Posting Komentar