Selasa, 25 September 2012

Suami Saya Supeer :)




Betapa menakjubkan rencana Allah untuk hidup kita, Dia pertemukan kita dengan belahan jiwa kita, kekasih kita. Seseorang yang tak memiliki ikatan darah dengan kita. Kemudian harus berjuang untuk hidup kita, mereka..suami-suami kita.

Saya merasa lengkap saat ini, dan saya merasa sempurna. Mungkin benar jika suami kita merupakan belahan jiwa kita. Karena keberadaannya kini membuat saya merasa lengkap, menjadi diri saya yang utuh. Ini bukan sesuatu yang saya lebih-lebihkan. Tetapi memang saya benar merasakan ini semua, perasaan terlengkapi karena kehadiran sosok lelaki yang menjadi suami saya.

Sebagai individu kami sangat berbeda, jika diurutkan hampir semua dalam diri saya dan suami sangat berbeda. Hobi, sifat, temperamen, latar belakang keluarga, pendidikan, selera musik, selera makan, mungkin jika dipersentase kadar persamaan kami hanya sekitar 30%. Persamaan itu adalah karena kami sama-sama ingin membentuk rumah tangga yang harmonis dan saling menyayangi.

Saya seorang yang perfeksionis, simpel, suma keras kepala, egois, prinsipil, cerewet, galak, sensitif dan  ekstrovert. Sementara suami saya orang yang santai, luar biasa sabar, tertutup introvert. Perbedaan yang mencolok seperti itu kadang memicu perdebatan-perdebatan atau bahkan pertengakaran dalam kehidupan rumah tangga kami. Tapi perbedaan-perbedaan itu pula yang sepertinya saling melengkapi dari kekurangan kami.

Sampai hari ini saya mengenal suami sebagai lelaki yang memiliki kadar sabar hampir 90%. Dia sangat sabar mengahadapi kecerewetan, kebawelan, kekeras kepalaan dan keegoisan saya. Saya cukup sadar dengan sifat keras kepala saya. Semua orang yang mengenal saya sangat paham betul dengan sifat saya. Saya sangat menjaga prinsip saya. Hal yang saya anggap benar akan saya pertahankan tidak peduli orang tidak menyukai atau bahkan bersikap sinis tentang hal yang saya yakini. Suami saya mengimbangi semua itu dengan kesabarannya. Mungkin saya bisa memilihnya karena saya memang perlu sosok sabar yang dewasa dalam memandang masalah. Sebenarnya saya sering merasa kasihan dengan suami saya. Terlebih saat saat sedang datang bulan, saya sering uring-uringan tanpa alasan jelas. Jika melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan saya, emosi saya seketika naik. Suami kemudian jadi semacam tempat pelampiasan emosi saya itu. Untungnya suami saya sabar dan cukup memahami, kalau saya sudah mulai uring-uringan biasanya dia akan menenangkan saya seperti seorang bapak yang mengahadapi anak perempuannya yang sedang rewel hehehehe. Bahkan jika saya sedang rewel dan tak bisa tertangani, suami biasanya mengambil segelas air putih dan membacakan doa, lalu menyuruh saya minum. Percaya atau tidak biasanya sehabis meminum itu saya akan tenang dan tidak rewel lagi (ini malah seperti sedang kesurupan ya sayaa :D). 

Kesabaran suami kadang masih teuji dengan ketidak cekatan saya sebagai wanita. Saya bukan tipe wanita rajin jaman dulu yang dengan gagahnya menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga dengan sempurna. Tapi karena sisa-sisa sifat malas saya yang terpupuk subur sewaktu ngekos saat kuliah dulu, saya sama sekali belum terbiasa bangun pagi. paling pagi saya bangun jam 5 pagi, yang menurut mbah putri saya itu sudah sangat siang (ini semua karena di kos saya terbiasa bangun jam 8 siang hehehe). Bangun siang membuat saya  hanya mungkin membuat sarapan yang simpel untuk suami saya. Coba tanyakan suami saya tentang sarapan paginya, pasti akan meluncur jenis-jenis makanan praktis seperti mie goreng telur, telur orak-arik atau cuma nugget goreng. Kalau sedang benar-benar malas saya memilih membeli sarapan dari pada repot-repot memasak. Padahal sebenarnya masakan saya cukup enak (pengakuan dan kesaksian suami, adik atau teman dan orang-orang yang beruntung menyicipi masakan saya hehehe) itu beneran loh bukan karangan saya aja. Jadilah dengan keenakan makanan yang saya buat itu sebenarnya suami sangat menyukai masakan saya. Hanya karena pagi saya bangun siang, seharian berada di tempat kerja dan sampai rumah lagi saat magrib sangat tidak memungkinkan saya untuk memasak. Suami cukup menerima dengan makanan warung tiap harinya. hanya jika hari minggu dan saya dirumah saya mencoba sebisa mungkin memasak untuk suami saya. 

Tidak hanya soal memasak, saya juga bukan wanita yang rajin dalam urusan pekerjaan rumah yang lain. Bisa dipastikan saya hanya mencuci sekali dalam seminggu, itupun terkadang hanya pakaian-pakain dalam saya dan suami, karena saya lebih sering membawa kantong cucian besar saya yang isinya tumpukan baju kotor ke loundry. Tukang loundry sja sampai hapal kalau cucian saya sangat banyak tiap minggunya (kalau diprotes ibu atau kaka perempuan saya tentang sayaa meloundry pakaian, saya berdalih ini memberikan pekerjaan untuk tukang laundry yang sama dengan menjadi jalan rizki untuk sesama kan?? hahaha..bisa-bisanya saya aja). Terlebih soal setrika baju..uuuhhh itu pekerjaan yang sangat saya hindari. Saya nggak pernah suka menyetrika. Dari jaman gadis dulu saya lebih memilih mengerjakan hal lain daripada setrika  baju.

Hmmmm,, jadi dengan semua fakta tragis itu saya bisa dikatakan cukup beruntung dengan memiliki suami yang pengertian dan penyabar seperti suami saya <3. Dia tak mengomel jika saya mengahabiskan banyak uang untuk melaundry pakaian-pakaian kotor kami, atau untuk kaos kesayangannya yang kadang masih ditumpukan cucian kering dan belum disetrika. Atau untuk masakan warung untuk makan malamnya. Meskipun kadang dia bilang "Nii masak dong ayah kan pengen makan masakan istri ayah". Pernyataan seperti itu yang keluar dai bibir suami tercinta kadang mengiris-iris perasaan saya sebagai seorang istri. "Maafin Nii sayang belum bisa jadi istri yang baik untuk ayah, Nii janji akan belajar terus jadi istri yang baik. dan ga males-malesan lagi" janjiku dalam hati. Makanya saat hari minggu saya coba cuci pakaian sendiri, bayangkan betapa super banyaknya cucian dua orang selama satu minggu. kalau sudah begitu sayaa pasti tepar setelah selesai menjemur hehehhe. 

Minggu itu cuaca cerah, saya semangat sekali mencuci, saya rendam tumpukan baju kotor itu pada sebuah ember besar. Saya rendam pakaian itu dengan harapan kotoran-kotoran yang melekat bisa terangkat. Sementara saya merendam pakaian saya pun pergi ke pasar untuk belanja sayuran untuk makan siang kami. Setelah kurang lebih satu jam di pasar saya pulang, saya letakkan keranjang belanjaan saya dan saya siap untuk mengucek rendaman baju saya. Saya bernyanyi-nyanyi gembira karena merasa senang bisa menjadi istri rajin hari itu, tapii uuuuppss, benda apaan ini di kantong celana kerja suami saya, bentuknya kok kotak-kotak gitu. Ahhh,,semoga bukan dompet, kan dompet sudah saya keluarkan dari kantong celana tadi sebelum mencuci. Sudah atau belum yaa?? Cepat saya keluarkan benda itu dari kanntong dan benar tenyata itu berisi dompet. Huuuuaaa...saya merasa pagi yang cerah mendadak menjadi gelap dan mendung. Berarti sudah dua kali saya merendam dompet suami saya. Dulu ktp dan stnk suami saya sampai luntur,, jangan sampai yang sekarang terulang lagi. Cemas saya keluarkan isinya, ktp, sim, stnk, atm, dan sejumlah isinya basah. foto wanita cantik di bagian depan dompet juga terlihat mulai luntur kecantikannya. huhuhuhu. Yaa Allah saya merendam selama satu jam. Dan dompet itu ada di dalamnya, teronggok bisu dan kedinginan (ini saya yang berlebihan). Yang mebuat saya lebih miris, ktp suami saya kembali luntur, padahal ini ktp baru, yang belum sempat dilaminating.

 Gontai saya berjalan ke kamar. Saya temui suami saya yang sedang asiik membersihkan kaca rumah. "Sudah nii nyucinya, cepet amat" begitu kata suami saya dengan ekspresi riang karena belum tau dompetnya habis saya rendam. "Maafin Nii yah..dompet yah nii rendam lagi" ucap saya pasrah. Siap kalau kali ini dimurkai suami karena keteledoran saya sendiri. Suami saya bergegas melihat dompetnya di kamar.  Mukanya mendadak berubah keruh, saya sudang siap dimarahi. satu dua tiga empat lima. saya tunggu omelan suami saya. Tapi ternyata dia hanya berkata "lama ya tadi ngerendamnya kok sampai luntur semua begini Nii". "Tolong dompetnya dijemur di luar Nii" lanjut suami saya sambil mengelap kartu atm yang telihat basah. "Semoga aja atm nya masih bisa dipakai" ucapnya. Waduh, harus bisa dong kalau ga bisa gimana bisa ambil gaji nanti? kata saya dalam hati. "Emang rusak ya yah??maafin Nii yah, terus kalau ga bisa dipakai lagi gimana" tanya saya cemas. "Kalau ga bisa dipakai ya nanti ayah ambil di bank gajinya" hibur suami melihat wajah saya yang cemas. 

Sejak saat itu saya jadi sangat berhati-hati jika melakukan pekerjaan rumah. Saya ga mau ada insiden dompet masuk rendaman cucian lagi. Kesabaran suami saya justru membuka mata hati saya yang tertutup. Menohok batin saya yang terdalam (duilee bahasanya). Saya ingin belajar lebih baik lagi. Saya tidak mau menyia-nyiakan kesabaran dan pengertian suami saya. Ooooh sungguh beruntungnya saya bersuamikan seorang yang begitu sabar.

Emm..begitulah sekilas tentang keluarga saya.. tentang saya yang pemalas dan teledor. dan suami saya yang penyabar dan pengertian. 

Saya mensyukuri anugrah Allah berupa lelaki pendamping yang begitu mengerti keadaan istrinya. Bukan berarti rumah tangga kami smepurna. Tetapi saya sangat mensyukuri untuk apa yang sudah Alloh anugrahkan pada keluarga kami. Meskipun terkadang ada riak-riak kecil yang memicu perdebatan. Tetapi syukur ini untuk hari-hari yang masih bisa saya lalui dengan lelaki yang saya cintai. Untuk pagi-pagi yang serba buru-buru. Untuk sore-sore yang penuh cerita hangat di depan tivi. Untuk malam-malam yang hangat dalam pelukannya. Ya Allah terima kasih untuk semua nikmatMU. Saya akan terus berusaha menjadi istri yang salihah. Istri yang bisa menampingi suami dalam segala cuaca. Yang menguatkannya, mendukungnya, mengertinya.. 

cinta menurutku tak berwarna
ia menjadi jingga sebagaimana kau memakainya
ia pun menjadi kuning, biru dan merah sebagaimana kau menginginkannya
cinta bagiku, tak ubahnya kumpulan narasi tentang kejujuran dan keberanian
tentang kemarahan dan kasih sayang
cinta adalah lukisan yang unik dan tak terkatakan
sebab ia menenggelamkan kita pada angan-angan dan mimpi yang abadi

dan cintaku padamu adalah surga yang tak bisa kumasuki jika tanpamu

0 komentar:

Posting Komentar