Aku memasuki bus yang mulai penuh oleh siswa-siswa berseragam abu putih pagi itu, bergegas aku duduki kursi bus yang masih tersisa. Ku rapikan lengan seragam putihku yang kusut, ketika mataku menangkap sosoknya. Dia diam, hampir tidak bergerak, tenang memandang dari jendela bus. Pagi itu pikiranku dipenuhi olehnya, dia yang masih berseragam putih biru, dia yang memiliki sinar mata hangat nan misterius, dia yang beralis tebal. Ah, siapa gerangan dia? siapa namanya? alangkah lebih baik jika membayangkannya setidaknya dengan tau namanya.
Aku jadi sangat bersemangat pergi ke sekolah, dan berharap ada dia di bus yang sama dengannya. Setiap harinya momen setengah jam berada di dalam bus adalah momen yang paling menyenangkan. Memandang diam-diam anak laki-laki berseragam SMP dengan wajahnya yang teduh. Andai aku tau namanya. Hmm, dia tidak pernah terlihat bergurau dengan teman-temannya yang berseragam sama, paling tidak jika dia bercakap dengan seseorang aku bisa dengar suaranya, atau bahkan tau namanya. Tapi itu tidak pernah terjadi, bahkan sampai akhir aku bertemu dengannya aku tak pernah tau namanya, atau bahkan mendengar suaranya.
Satu tahun berlalu dengan cepat, perjumpaan tiap harinya dengannya seolah menjadi irama dari rutinitasku. Apabila tidak bertemu dengannya di bus yang biasanya, akan terasa aneh dengan sisa hariku. Dia menjadi bagian penting dari hidupku, tanpa sengaja dia memasuki hatiku menjadi getaran rasa yang sulit diungkapkan. Waktu-waktu terakhir itu ku jarang sekali melihatnya, hingga suatu siang yang terik aku berjalan perlahan melewati trotoar, dari arah berlawanan dia menaiki motor dan...dia menoleh ke arahku, melihatku, menyadariku ada, mengenaliku. Aaahh..andai aku tahu namanya.
Aku menyelesaikan sekolahku, dengan memori utuh tentang lelaki berseragam smp itu. Yang masih belum ku ketahui namanya, yang tak pernah ku dengar suaranya....
Sampai suatu hari aku tau namanya, dari buku alumni sekolah yang dipunyai temanku. Aku tau namanya. Aku bahagia tau namanya.
Sampai suatu hari aku tau namanya, dari buku alumni sekolah yang dipunyai temanku. Aku tau namanya. Aku bahagia tau namanya.
Waktu membawaku pada hari itu, hari di penghujung Januari yang basah oleh hujan. Saat aku mencari namanya pada satu situs jejaring pertemanan, daan ku temukan..ku temukan dia. Senyum tak bertahan lama di bibirku saat melihat di dindingnya banyak dipenuhi oleh ucapan duka cita, dan doa-doa untuk ketenangannya di alam kubur. Hari itu sebulan dia pergi, tepat di hari aku bisa melihat senyum dan semua dalam foto-fotonya. Dia meninggal bahkan sebelum aku sempat dengar suaranya. Dan hari itu, siang yang basah oleh hujan dan air mataku. Dia yang sempat mengisi hatiku selama bertahun-tahun sudah pergi, menciptakan lubang yang dalam di hatiku.
Hanya doa untuknya..untuk ketenangan dalam tidur panjangnya...
bagai hujan siang hari
ku tak bisa mengungkapkan
kata kata sedikitpun
saat dia datang
dia makhluk yang paling indah
yang pernah aku temui
ahh
cuaca kini berubah
hati ku panas dan dingin
melihatnya menatapku
walau sekejap
matanya begitu tajam
senyumnya begitu dalam
ahh
dia mencuri hatiku
akankah dia mengenalku
dia mencuri hatiku
taukah oh dirinya
ahh
sepertinya ku teringat
bila dirinya ada
pasti ada aku
dan ku bahagia
Ahh
Akankah dia mengenalku
ku tak bisa mengungkapkan
kata kata sedikitpun
saat dia datang
dia makhluk yang paling indah
yang pernah aku temui
ahh
cuaca kini berubah
hati ku panas dan dingin
melihatnya menatapku
walau sekejap
matanya begitu tajam
senyumnya begitu dalam
ahh
dia mencuri hatiku
akankah dia mengenalku
dia mencuri hatiku
taukah oh dirinya
ahh
sepertinya ku teringat
bila dirinya ada
pasti ada aku
dan ku bahagia
Ahh
Akankah dia mengenalku
*Cerita yang terinspirasi dari seseorang yang tak pernah ku dengar suaranya..Terima kasih
0 komentar:
Posting Komentar